Selama dua bulan ini dunia digemparkan dengan merebaknya virus corona wuhan yang sudah menyebar ke berbagai negara. Tidak hanya masalah kesehatan, dampak yang terjadi akibat wabah virus corona ini juga tentunya menyebar ke berbagai hal lainnya, tidak terkecuali masalah perdagangan dan ekonomi. Ekspor atau impor barang dari wilayah munculnya virus corona yang dilakukan para pengusaha atau pedagang di Indonesia menjadi perhatian masyarakat, karena ditakutkan barang atau produk yang berasal dari China dapat menjadi salah satu penyebab menularnya virus tersebut, sehingga masyarakat berhati-hati dalam memilih produk yang ingin dibeli. Lalu bagaimana sesungguhnya prosedur penularan virus corana tersebut? Benarkah produk-produk dari China berpotensi besar dalam menularkan virus corona ke tubuh manusia?

Begini pendapat para ahli mengenai penularan virus corona melalui sebuah barang atau produk. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Wiendra Waworuntu, melalui liputan6.com menyatakan bahwa virus corona akan mati jika berada di suhu panas dan penularan virus corona melalui barang belum ada rilis resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus corona akan mati pada suhu antar 50-70 derajat Celcius. Apalagi jika dimasak dengan suhu panas dan mendidih.

Selain itu, Dr. Nancy Messonnier, direktur pusat Pengendalian Penyakit (CDC) bidang Imunisasi dan Penyakit Pernafasan, melalui Kompas.com mengatakan bahwa secara umum, kemampuan bertahan dari virus corona yang buruk, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dari produk atau kemasan yang dikirim selama beberapa hari atau minggu pada suhu kamar akan sangat rendah.

Pembatasan ekspor impor yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mengenai produk China baru seputar produk hewan hidup, sedangkan untuk produk lainnya masih aman dan berjalan dengan lancar. Sehingga para importir dari wilayah China tidak perlu khawatir atau takut untuk menggunakan produk-produk dari negara tersebut, maupun bagi pedagang di Indonesia juga tidak perlu khawatir karena proses ekspor masih dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja sedikit terlambat untuk barang tiba di China maupun Indonesia karena adanya pengecekan dari pihak beacukai terhadap keamanan barang-barang tersebut.